Kisah Inspiratif Rainier Wardhana Hardianto, Pendiri dan Pionir NFT Amal Pertama Indonesia

27 October 2022

Selasa, 10 Mei 2022 06:00

Presidential Chief of Staff Moeldoko also supports Artnme in opening donations via NFT (photo: KSP)

Kapanlagi.com – Di usia yang masih belia, Rainier Wardhana Hardianto sudah begitu aware dengan isu kemanusiaan. Putra dari Sonia Wibisono itu punya passion yang besar untuk membantu sesama, terutama anak-anak tuna rungu, tuna wicara dan juga anak dengan kondisi sindroma down.

Awal mula cerita terjadi sekira 3 tahun silam, di mana Rainier datang ke acara yang diadakan oleh Yayasan ISDI (Ikatan Sindroma Down indonesia) dan POTADS (Persatuan Orang Tua Anak Dengan Down Syndrome) dalam rangka memperingati Hari Down Syndrome Dunia tahum 2019. Kala itu, cowok yang punya bakat lukis itu tersentuh melihat anak-anak tuna rungu, tuna wicara, anak dengan kondisi sindroma down yang selalu memperlihatkan wajah gembira dan tulus.

Saat itu, Rainier menyumbangkan 9 lukisannya di acara Lelang Amal untuk membangun Training Centre untuk anak down syndrome yang diadakan di Plaza Indonesia. Ia sangat terkesan saat berkenalan dengan anak-anak down syndrome yang dibawa oleh orangtua masing-masing.

“Mereka terlihat gembira, tertawa, walaupun tampak beda. Dan orangtua mereka sangat menyayangi mereka,” tutur Rainier di Jakarta, Kamis (5/5/2022).

Seperti diketahui, 21 Maret adalah Hari Sindroma Down sedunia dan bagi Rainier adalah suatu kehormatan untuk berbagi karyanya dengan anak anak sindroma down. Rainier sangat ingin berbagi kepada anak sindroma down karena baginya, semua anak mempunyai hak untuk memiliki masa depan yang cerah dan setiap anak punya keunikan tersendiri yang sangat spesial.

1. Bangun Awareness Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus

Berangkat dari kisahnya itu, Rainier bercerita tentang platform bernama Art and Me Indonesia tahun 2020 lalu yang dibentuk dengan tujuan menggalang awareness terhadap para anak penyandang cacat dan anak panti asuhan.

“Mereka punya bakat terpendam, walaupun skill yang dimiliki tidak sama dengan kita. Lebih tepat jika kita menyebut mereka itu memiliki different ability bukan disability,” ungkap siswa Sekolah British School Jakarta ini.

Setelah banyak berteman dan bermain dengan mereka, Rainier menemukan tak sedikit dari mereka yang memiliki talenta dan potensi, seperti menari, main golf, bermain musik atau melukis. Beberapa hasil lukisan mereka diproduksi oleh tim ‘Art and Me Indonesia’ menjadi sebuah tas, tshirt, tumbler, scarf, pouch dan lain-lain. Merchandise ini dijual dan seluruh keuntungannya digunakan untuk mensupport keluarga dengan anak disable bekerjasama dengan YPAC, ISDI, beberapa Sekolah Luar Biasa (SLB) dan panti asuhan.

“Kami ingin bakat dan karya mereka dihargai dan dapat dinikmati masyarakat lebih luas. Saya tidak mau hit and run saja. Hanya sekali terus berhenti. Saya ingin gerakan ini terus berlangsung, sekali pun saya akan sibuk saat melanjutkan kuliah nantinya,” tegas Rainier.

Dalam rangka Hari Natal 2021 , Rainier menggelar virtual painting dan art competition yang melibatkan tak kurang dari 300 teman SLB dan panti asuhan seluruh Indonesia. Untuk itu, ia memerlukan dana yang tidak sedikit.

Rainier menghubungi beberapa pihak yang menyediakan hadiah untuk para pemenang lomba lukis ini. Tak hanya itu, Rainier juga menerima tawaran kerjasama dari beberapa pihak yang akan membantunya memproduksi tas dan baju dari hasil lukisan.

“Semakin banyak orang yang peduli, akan semakin berkelanjutan gerakan ini nantinya,” ucap Rainier.

Tak berhenti sampai situ saja, dalam rangka Hari International Day of Disable Person Desember 2021, Rainier bekerjasama dengan beberapa perusahaan untuk mengadakan program give back. Art and Me Indonesia menyumbangkan protein berupa susu, ayam, telur , makanan bergizi untuk anak SLB, panti asuhan dan puskesmas di seluruh Jabodetabek di saat Pandemi Covid-19 melanda dengan angka yang tinggi di Indonesia.

“Selama ini, anak disable dikenal sebagai kalangan yang perlu disupport. Namun kali ini, mereka justru ingin memberi, lewat karya,” tuturnya.

Di tahun 2022 ini, Art and Me Indonesia bekerjasama dengan UNICEF menjalankan program give back. Lewat program kolaborasi bersama UNICEF ini, karya dari teman-teman disable akan dipasarkan dan hasilnya disumbangkan pada anak-anak yang membutuhkan di Indonesia.

3. Sejak Kecil Terbiasa Melakukan Aksi Sosial

Rainier yang sejak kecil memang telah terbiasa bekerja sosial. Waktu masih duduk di kelas 5 SD, ia aktif mengajar bahasa Inggris bagi anak-anak tidak mampu yang tinggal di dekat lingkungan rumahnya. Rainier juga tak jarang merayakan ulang tahun bersama anak-anak yatim piatu di panti asuhan.

Di tengah suasana pandemi, Rainier tidak bisa banyak bertemu dan bermain dengan teman-teman SLB dan panti asuhannya. Namun ia aktif menggelar webinar dan aktivitas lain secara virtual. Rainier juga hobi catur dan coding Computer, sehingga ia mengajar anak panti asuhan catur sekaligus juga coding.  Ada beberapa nama teman tuna rungu yang punya hubungan dekat di hati Rainier.

Walaupun komunikasi terbatas, karena mereka tidak bisa lancar berbicara seperti layaknya orang normal, namun Rainier kerap menangkap aura tulus dan kegembiraan dari mereka. Inilah yang membuat Rainier terus bergerak, membuat program pemberdayaan dan mengetuk hati banyak orang untuk berbuat lebih banyak lagi untuk mensupport mereka.

Tahun 2022 ini Rainier juga akan bekerjasama dengan beberapa perusahaan untuk mengkolaborasikan karya anak anak disabilitas dan anak panti asuhan ini agar dijadikan produk bersama perusahaan yang kemudian bisa dipromosikan dan dijualkan untuk hasilnya akan kembali disumbangkan untuk pendidikan anak disabilitas dan panti asuhan.

4. Manfaatkan Perkembangan Zaman untuk Bantu Anak Berkebutuhan Khusus

Selama pandemi yang berkepanjangan, Rainier berpikir untuk mendapatkan cara penggalangan dana yang lebih fantastis dan modern mengikuti perkembangan jaman sesuai dengan kegemaran Rainier di Computer Science dan Coding, yaitu melalui NFT.

Upaya memandirikan anak berkebutuhan khusus biasanya didorong dengan mengembangkan bakat dan potensi anak sesuai minat sehingga merasa nyaman dengan kelebihan yang mereka miliki. Hal ini, bisa dilakukan melalui pengembangan mental dengan mengembangkan aset motorik sehingga mampu menciptakan suatu karya yang bernilai dan bermanfaat tidak untuk mereka saja tetapi juga masyarakat luas.

Pembeli beramal atau ber-charity sosial dan bisa menjualkan kembali art NFT-nya dengan harga yang lebih bagus sehingga prinsipnya adalah berbagi dan berinvestasi. Hal inilah yang memunculkan ide Rainier Wardhana Hardjanto untuk mendirikan Non Fungible Token (NFT) Amal Indonesia, sebagai wadah untuk menerima kreasi, khususnya para anak berkebutuhan khusus maupun panti asuhan dan memasarkannya melalui kerjasama dengan NFT Artist Indonesia.

NFT Charity ini juga didukung oleh kalangan artis seperti Raffi Nagita, Titi Kamal, Erin Taulany, Vega Darwanti, Sinyorita, Selvy Kitty, Gritte Agatha, Sarwendah, Maria Vania, Reisa Brotoasmoro, dan Nindy Ayunda yang membantu posting lukisan wajah mereka hasil karya anak tuna rungu di Instagram masing-masing.

Secara simbolis dukungan juga disampaikan oleh Kepala Staf Presiden Republik Indonesia (KSP) Jenderal Dr. Moeldoko kepada karya anak disabilitas pada 31 Januari 2022 lalu dengan ditandai Rainier menyerahkan hasil karya anak disabilitas kepada mantan Panglima TNI tersebut di Rumah Dinasnya di Menteng, bersama dua anak tuna rungu Raiful dan Rahmawati yang melukis gambar  Jenderal Moeldoko tersebut.

Lukisan anak disabilitas Art and Me Indonesia juga dihargai dan diapresiasi oleh  Ketua DPD RI AA La Nyalla Mahmud Mattalitti dan istri, lalu juga Dewi Bambang Soesatyo, istri Ketua MPR RI, istri Dubes Rusia untuk Indonesia, istri Dubes Kolombia untuk IndonesIa, istri Dubes Indonesia untuk Bulgaria Noni Bogananta dan banyak lagi pecinta lukisan Art and Me Indonesia.

Comments 0

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.